インドネシア語でブログを書いてみました。興味のある方は目を通してください。
Apakah ART BRUT ataukah CONTEMPORARY ART?
Pameran HERALBONY
Ada sebuah pameran yang sejak 2-3 bulan yang lalu ingin saya kunjungi, dan baru bulan lalu saya menyempatkan diri ke sana, yaitu pameran “HERALBONY”.
Saya kira belum ada yang mengenal nama HERALBONY di Indonesia, bahkan di Jepang juga belum banyak yang mengenalnya. Saya ingin menyampaikan kesan saya dulu sebelum menjelaskan apa itu HERALBONY.
Pameran ini berlangsung selama 4 bulan di pusat kota Nagoya, kota yang terletak di antara Tokyo dan Osaka.
Pameran diadakan di bangunan yang ada di sebelah kiri bawah menara TV Nagoya.
Seperti yang saya sampaikan sebelumnya saya sudah tahu ini pameran apa, akan tetapi saya disambut banyak kejutan di tempat pameran.
Ketika memasuki tempat pameran, saya sempat lupa itu tempat apa karena ruangannya dipenuhi suasana menyenangkan dan ceria, bahkan seluruh ruangannya memiliki citarasa “oshare”.
“Oshare” merupakan sebuah kata dalam bahasa Jepang yang memiliki arti “fashionable” atau “stylish” dan umumnya digunakan untuk menjelaskan seseorang atau suatu benda seperti, “Pacarnya oshare”, “Baju batik ini oshare” dll. Kata “oshare” bisa juga digunakan untuk suasana, seperti suasana kota, suasana toko dengan arti “sophisticated”. Contohnya, “bagaimana caranya membuat rumah kita menjadi oshare seperti kafe?”
Kata “oshare” memiliki arti berdandan, bergaya, serta keren, tetapi dengan cara yang tidak berlebihan dan juga tidak terlampau stylish.
Pokoknya saya merasa ruangannya “oshare”. Mungkin arti kata yang paling dekat dengan “oshare” yang saya maksud di sini dalam bahasa Indonesia adalah keren. Barangkali Anda bisa memahami maksud saya setelah melihat foto-foto yang saya tampilkan dalam blog ini.
Apa yang membuat saya merasa ruang tersebut “oshare”?
Ruang pamerannya, lukisan yang dipamerkan, cara memajang produk, cara staf menjelaskan tentang lukisan, hingga cara mereka menjual produknya, semuanya tersesan keren.
Saya tampilkan fotonya satu per satu.
Selain dari lukisan, yang dipajang di situ antara lain payung, kaus, dasi, tas lipat belanja, sapu tangan, buket bunga kering, hingga masker.
Setelah melihat produk-produk yang menarik perhatian pengunjung, tentu saya juga melihat harga produk tersebut. Ternyata harganya cukup mahal. Sebuah dasi dibandrol dengan harga lebih dari Rp.3.000.000. Memang bahannya bagus, dari benang sutra 100 persen, tenunannya halus, dan warnanya juga kelihatan tidak merusak lukisan aslinya.
Jadi bagaimana pendapat Anda tentang tempat ini?
Saya merasa tempat ini seperti museum shop di gallery yang sedang memamerkan karya-karya contemporary art.
Lukisan yang dipamerkan
Saat saya sedang memandangi lukisannya, seorang staf mendekati saya, kemudian menceritakan tentang sosok pelukis.
Contohnya begini. “Pelukis ini sebenarnya tidak berminat untuk melukis. Dia hanya senang membuat ampas dari krayon karena ampas krayon akan menjadi sesuatu yang dapat dimainkan seperti tanah liat. Ampas krayon yang membuatnya asyik, bukan lukisan yang dibuatnya.”
Lalu memperlihatkan sosok sang pelukis dengan tablet yang ada di tangannya dan melanjutkan penjelasan. Fotonya menangkap momen pelukis saat sedang berkarya sehingga wajah-wajah mereka terlihat begitu hidup.
Menurut penjelasan staf tersebut, pelukis ini menyukai kereta dan kelompok idola para wanita yang bernama Nogizaka 46. Banyak kereta, nama stasiun, dan gadis-gadis digambarkan dalam lukisan ini. Setelah dijelaskan, saya bisa menemukan beberapa orang gadis tersembunyi yang kalau tidak diperhatikan baik-baik pasti akan luput dari pandangan. Kemudian stafnya memperlihatkan wajah pelukis yang sedang melukis dengan tablet.
Maka, saya merasa seperti sedang membaca buklet melalui tablet. Seandainya saya diberikan buklet di pintu masuk, mungkin saya akan membacanya setelah pulang ke rumah sambil merenung mengingat lukisan yang membuat saya terkesan. Atau bisa juga tidak sempat membaca karena sibuk. Maka saya sangat mengapresiasi cara staf menjelaskan tentang sosok pelukis serta lukisan di tempatnya.
Masih ada kejutan lain.
Lukisan yang dipamerkan di tengah ruangan dan menutupi dinding sebenarnya merupakan sebuah lukisan yang dicetak pada sebuah kain kuat bernama tarpaurin, bahan yang sering digunakan sebagai spanduk.
Kain yang mencetak lukisannya akan dipotong lalu dibuatkan tote bag, tas tote setelah pamerannya tutup. Kejutan yang didapat bukan di situ saja. Mereka menerima pesanan tote bag di tempat pameran.
Petunjuk yang ada di samping lukisan berbunyi, “Karya ini akan dilahirkan kembali sebagai tote bag setelah pameran selesai”. Empat buah tote bag akan di-upcycle dari sebuah karya. Mari kita membawa keluar karya seni yang hanya ada satu-satunya di dunia, yang memiliki desain yang berbeda tergantung potongannya.”
Lukisan ini sudah laku semua sebagai tote bag setelah pameran, padahal masih sedang dipamerkan dan kita belum tahu bagaimana desain tote bag yang akan diterima nantinya.
Karyanya bagus dan harganya pun terbilang cukup bagus. Harga sebuah tote bag 25.000 yen (lebih dari Rp 3.000.000 jika dihitung sesuai dengan kurs saat ini) sedangkan kami bisa membeli tote bag dengan harga sepersepuluh jika tidak memandang kualitasnya. Saya juga heran karena cukup banyak lukisan yang akan menjadi tote bag sudah laku saat saya mengunjungi pameran. Padahal lukisan yang saya lihat baru dipamerkan selama 2 minggu, karena lukisan yang dipamerkan diganti setiap bulan. Berarti cukup banyak yang tertarik untuk membeli produk yang menarik ini, meski harganya cukup mahal.
Apa itu HERALBONY?
Sekarang saya akan menjelaskan HERALBONY itu apa.
Pameran ini merupakan sebuah pameran lukisan yang bekerja sama dengan orang yang memiliki disabilitas intelektual. HERALBONY adalah nama sebuah perusahaan yang mengembangkan produk kesenian yang menggunakan karya-karya orang dengan disabilitas intelektual.
Kakak pendiri HERALBONY mengalami autisme. Adik-adiknya pada akhirnya mendirikan perusahaan ini. Mereka menamakan perusahaan ini HERALBONY, diambil dari sebuah kata yang dicatat kakaknya di buku tulisnya.
Saya sebelumnya sudah tahu tentang jenis lukisannya, tetapi ketika melihat cara-cara mereka memajang karya serta produk, saya terinspirasi banyak hal dan terkesan atas ide-idenya.
Mereka berhasil menyulap lukisan-lukisannya menjadi beraneka ragam produk yang memikat hati pengunjung bahkan sampai digemari masyarakat. Jika kata “menyulap” tidak pantas digunakan di sini (sebenarnya saya menggunakan kata ini dengan maksud positif), saya akan menggantinya, mereka mampu menjadikan kesempatan pameran ini sebagai sebuah ruang yang membuat pengunjung tersentuh dengan karya ataupun aktivitasnya.
Jalannya terhambat atau terbuka?
Setelah saya mengapresiasi karyanya dan terkagum-kagum dengan idenya, sebuah pikiran terlintas di benak saya.
Seandainya orang tua yang memiliki anak autisme atau dengan disabilitas intelektual berkunjung ke tempat ini dan melihat semua karya serta produk yang ada di sini, meskipun mereka belum mengetahui bakat yang dimiliki anaknya seperti apa, bukankah setidaknya bisa memiliki harapan? Harapannya bukan “anak saya juga kelak menjadi begini”, akan tetapi “anak kami juga mungkin sebenarnya memiliki lebih banyak jalan daripada yang pernah kami bayangkan selama ini.”
Jika ada orang tua seperti itu di antara pengunjung, saya kira mungkin mereka bisa merasa seperti lapisan tipis yang menyelimuti mereka bagaikan kabut hilang dan pintu untuk masa depan terbuka. Melihat karya yang tampaknya membutuhkan waktu serta energi yang cukup banyak dan kemudian akhirnya sukses dipajang di sana, saya berpikir seperti itu.
Jalan yang dilalui oleh masing-masing pelukis, saya pikir tidak rata. Terutama bagi orang tua, rasanya jalannya berliku-liku karena serasa pilihannya tidak seluas anak lain sehingga mungkin pernah merasa kesulitan. Namun, meski terhambat bukan berarti tidak ada pilihan untuk maju. Pilihan tetap ada sejak sebelumnya. Tergantung apakah kita melihat dan memilih atau tidak pilihan yang sebenarnya ada.
Saya menyampaikan kesan saya kepada seorang staf. “Memang ada juga pengunjung yang memiliki anak seperti itu”, katanya.
Mendengar hal tersebut, saya yakin pameran ini pasti berhasil bukan hanya menjual produk mereka namun menyampaikan harapan kepada orang yang membutuhkannya.
Akhirnya saya terinspirasi untuk menulis tentang HERALBONY dalam bahasa Indonesia, karena kami orang Jepang masih bisa mengakses HERALBONY di Jepang sedangkan HERALBONY belum dikenal di Indonesia.
Bagaimana dengan harga produknya?
Saya juga membeli masker yang desainnya sama dengan yang dikenakan oleh staf ini. Ya, seperti produk-produk lainnya, ini juga tidak murah untuk ukuran masker.
Masker ini berbahan halus serta tebal sehingga terasa nyaman dan hangat di musim dingin seperti sekarang. Kain masker berfungsi sebagai antivirus, meskipun dicuci tidak berbau, serta aman untuk kulit.
Jika kita menilai masker ini secara keseluruhan termasuk desain, menurut saya harganya sesuai. Setidaknya masker ini memang nyaman dipakai dan saya senang memakai masker ini karena saya suka warna dan juga desainnya. Apalagi dalam kondisi saat ini semua orang menggunakan masker setiap akan bepergian.
Kunjungan kedua
Dua minggu setelah saya mengunjungi pameran HERALBONY, saya mengunjungi tempat ini sekali lagi. Saya agak ragu apakah ruangan tersebut memang seperti yang saya rasakan saat itu ataukah sudah tercampur dengan khayalan atau sejenisnya karena sudah jenuh berbulan-bulan tidak ada aktivitas yang mengasyikkan saat pandemi ini. Jadi maksud kunjungan kedua saya adalah untuk memastikan suasana pamerannya memang masih seperti yang saya rasakan atau tidak.
Ternyata, ruang ini memiliki suasana yang sama. Suasana oshare.
Saya bertanya-tanya kepada staf lain tentang produk mereka yang laku. Dasi, eco bag, dan masker cukup laku. Buket bunga kering juga cukup laku di akhir tahun. Sebagian besar pembelinya wanita muda dan mereka mau memberikan sebagai kado untuk ibunya, kata staf itu.
Dalam kunjungan kedua, saya menyaksikan hampir semua lukisan sudah laku. Luar biasa sekali. Dan saya berpikir untung mereka tidak banyak, karena semuanya produk orderan dan berkualitas tinggi. Tidak bisa memproduksi secara massal dan cepat.
Inilah pameran lukisan yang membuat saya terkesan. Dalam kesempatan lain, saya akan menjelaskan mengapa saya mengunjungi pameran ini.
*Foto-foto yang ditampilkan sudah mendapat izin dari HERALBONY.